Get me outta here!

Monday, December 17, 2018

FanFiction : With You, I'm Happy Chapter 4



Cast :
Han Ye Ri              ( 35 tahun )
Lee Jong Suk         ( 30 tahun )
Lee Si Young         ( 35 tahun )
Song Chang Eui    ( 40 tahun )
No Min Woo         ( 35 tahun )

*Nama dan karakter lainnya yang ada dalam FF ini hanyalah imajinasi author belaka.

Note:
Ini FF pertama author, jadi pasti bakal banyak banget kekurangannya. Jujur aja, sebenernya kurang pede juga mau bikin FF kayak gini. Karena ini bener-bener pertama kalinya author bikin FF dan dipublikasikan. Gak tau deh gimana nanti hasilnya. Silahkan kalian nilai sendiri. Kalau emang ternyata banyak kekurangan, tolong kasih saran. Tapi saran yang membangun ya! Jangan komen-komen yang bernada  nyinyiran! Hati author selembut kapas jadi kalo ada yang nyinyir rasanya langsung perih-perih gimana gitu T_T
Oh iya! Ini FF murni hasil pemikiran author. Jadi tolong jangan di copy sembarangan terus di reupload di tempat lain! Sedih banget tau rasanya kalo hasil kerja keras kita di copy paste sembarangan T_T
Oke deh! Tanpa perlu berlama-lama, silahkan kalian baca sendiri ya FF nya. Silahkan kalo ada yang mau komen yaaa…







Chapter 4

Ye Ri POV

Aku dan Jong Suk sampai di bioskop. Kami memutuskan untuk menonton. Sudah lama aku tidak pergi ke bioskop.
“Kau mau nonton apa?” tanyaku pada Jong Suk.
“Film action itu sepertinya bagus,” jawabnya.
“Tidak mau! Aku tidak suka!” seruku.
“Kalau begitu nuna mau nonton apa?”
“Film ini sepertinya romantis,” jawabku sambil menunjuk ke salah satu film.
“Iyuh… Aku tidak mau,” ucap Jong Suk menggeleng tidak setuju.
“Bagaimana kalau film horror saja?” tanyanya.
“Kau kan tahu aku penakut,” jawabku.
“Ah iya! Aku lupa. Lalu kita mau nonton apa? tanyanya bingung.
Aku melihat ke sekeliling. Lalu mataku tertuju pada salah satu film.
“Bagaimana kalau film ini saja? Sepertinya ini film komedi,” usulku.
“Hhmm… Oke! Aku setuju!” jawab Jong Suk.
“Nuna tunggu disini ya. Aku mau beli tiket dulu,” ucapnya.
“Oke,” jawabku.
Saat Jong Suk sedang antri membeli tiket, aku berjalan menuju penjual popcorn. Aku membeli popcorn besar 1, dan minuman soda 2.
Saat aku membalik badanku setelah selesai membeli popcorn, aku lihat Jong Suk menghampiriku.
“Kenapa nuna beli sendiri? Harusnya biar aku saja yang beli,” protesnya.
“Memang apa bedanya? Berapa harga tiketnya? Akan kuganti,” ucapku.
“Kenapa nuna harus menggantinya? Kan yang mengajak nuna keluar itu aku, jadi sudah sewajarnya aku yang membelikan nuna tiket dan popcorn ini,” jawabnya.
“Kenapa begitu? Kan aku juga ikut nonton. Jadi sudah seharusnya aku membayar tiketnya,”
“Sudahlah nuna. Kenapa hanya gara-gara hal seperti itu kita jadi bertengkar? Ini kan pertama kalinya kita pergi nonton berdua. Jangan merusak momen seperti ini hanya karena masalah tiket.” pintanya.
Dia benar juga. Ini pertama kalinya kami pergi nonton berdua.
“Baiklah kalau begitu. Ayo kita masuk. Sebentar lagi filmya mulai,” ajakku.
Kami pun masuk ke dalam bioskop. Dan mulai menonton film. Aku merasa terhibur dengan film ini. Aku selalu tertawa terpingkal-pingkal. Perutku sampai sakit.
Setelah filmya selesai, kami pun keluar.
“Setelah ini nuna mau kemana?” tanya Jong Suk.
“Eehhmm… Bagaimana kalau kita makan? Aku lapar gara-gara tertawa terus,” ajakku.
“Oke!” ucapnya sambil menggenggam tanganku lalu menarikku pergi. Aku kaget dengan perlakuannya. Itu karena baru kali ini dia menggenggam tanganku. Biasanya dia hanya memegang pergelangan tanganku lalu menarikku. Aku jadi salah tingkah dibuatnya. Dan entah kenapa aku jadi malu sendiri.

##########

Kami sudah sampai di restoran spagheti. Sambil menunggu pesanan datang, kami mengobrol. Aku ingat kalau aku belum memberitahu dia tentang hubunganku dengan Min Woo yang sudah putus. Sepertinya aku harus memberitahunya sekarang.
“Jong Suk-ah,” panggilku.
“Hhmm?” dia menoleh padaku.
“Kemarin kau kan tanya aku kenapa. Sekarang akan kuberi tahu. Aku putus dengan Min Woo,”
“Aku sudah tahu,” ucapnya kalem.
“Kau tahu dari siapa? Aku kan belum memberitahumu.”
“Kan nuna sendiri yang memberitahuku. Apa nuna lupa?”
“Kapan?” tanyaku bingung.
“Semalam saat nuna mabuk,” jawabnya.
“Benarkah?”
“Iya. Kemarin nuna mabuk berat. Lalu sambil menangis nuna bilang kalau nuna sudah putus dengannya.”
“Aku menangis? Di depanmu?” tanyaku kaget. Aku memang sering curhat dengannya. Tapi aku tidak pernah curhat sampai menangis.
“Memangnya kenapa jika nuna menangis di depanku?”
“Bukan apa-apa sih. Hanya saja… aku malu,”
“Kenapa harus malu?” tanyanya bingung.
“Ya malu saja,” jawabku sambil menunduk.
“Jika nuna ingin menangis, maka menangislah. Tidak ada yang melarang. Bukankah itu yang nuna katakan padaku? Apa nuna lupa?” tanyanya lembut.
Aku mendongakkan kepalaku menatapnya. Mana mungkin aku lupa. Aku masih ingat dengan jelas momen saat aku mengatakan hal itu.

2 tahun lalu Jong Suk menjadi guru baru di sekolahku. Karena meja kami bersebelahan, jadi aku yang ditugaskan kepala sekolah untuk membantunya jika ada yang tidak dia ketahui. Saat pulang, aku tidak sengaja bertemu dengannya di halte. Karena rumah kami berdekatan, jadi kami pulang bersama. Begitulah terus sampai sekarang.
3 bulan berlalu sejak hari pertama Jong Suk menjadi guru di sekolahku. Dan hubungan kami pun menjadi semakin dekat. Si Young pernah mengira kalau Jong Suk dan aku berkencan diam-diam. Tapi itu tidak mungkin! Aku kan sudah punya Min Woo.
Suatu hari kami pulang sudah larut malam. Hal itu karena kami sibuk dengan kegiatan yang diadakan sekolah. Saat melewati taman dekat rumahku, ada seorang pria sedang duduk di kursi taman itu. Saat melihat pria itu, Jong Suk mendadak berhenti berjalan.
“Ada apa?” tanyaku heran.
Jong Suk tidak menjawab pertanyaanku. Dia hanya memandang lurus pria di taman itu. Pria itu pun memandangi Jong Suk.Pria itu akhirnya menghampiri kami. Tepatnya, menghampiri Jong Suk.
“Apa kabar nak?” tanya pria itu.
“Apa maumu?” Jong Suk balik bertanya dengan nada dingin.
“Aku hanya ingin melihatmu dan ibumu,” jawabnya.
“Apa kau menemui ibu?” tanya Jong Suk.
“Tidak. Tadinya aku ingin menemuinya, tapi tidak jadi,”
“Kenapa? Apa istri yang sangat kau cintai itu melarangmu?” tanya Jong Suk dengan suara seperti menahan amarah. Pria itu menatap Jong Suk.
“Apa kau masih marah padaku?” tanya pria itu.
“Pertanyaan bodoh macam apa itu?” tanya Jong Suk sinis.
“Seharusnya tanpa bertanya pun kau sudah tahu jawabannya Tuan Lee!” ujar Jong Suk.
“Aku membencimu! Sangat membencimu! Kuharap kau dan istrimu menderita seumur hidup kalian!” ucap Jong Suk dengan wajah marah. Aku kaget mendengar Jong Suk berkata seperti itu. Memangnya siapa pria ini? Kenapa Jong Suk begitu membencinya?
Mata pria tua itu berkaca-kaca mendengar ucapan Jong Suk. Pria itu menunduk. Sepertinya dia menghapus air matanya.
“Jangan pernah datang kesini lagi! Jangan pernah temui kami lagi! Berhentilah menyakiti ibuku! Biarkan kami hidup bahagia berdua! Bagi kami, kau sudah mati!” ucap Jong Suk marah.
Pria itu menatap Jong Suk.
“Baiklah, aku mengerti nak. Tapi setidaknya izinkan kali ini aku memelukmu. Sekali saja,” pinta pria tua itu dengan suara bergetar.
“Pergilah! Pergi dari hadapanku! Aku muak melihatmu!” aku melihat mata Jong suk memerah.
“Tidak bisakah ayah memelukmu sekali saja?” tanya pria tua itu.
Ayah? Apa pria ini ayahnya Jong Suk? Selama ini Jong Suk tidak pernah bercerita mengenai ayahnya. Dia hanya bilang bahwa ayah dan ibunya sudah bercerai. Itu saja.
“Kubilang pergi!” aku kaget mendengar Jong Suk membentak pria tua itu.
Tampak sebulir air mata jatuh dari mata bening pria itu.
“Baiklah kalau memang begitu maumu. Maafkan ayah nak. Ayah mohon, maafkan segala keburukan ayah,” ucapnya kemudian pergi. Setelah pria itu sudah menjauh, Jong Suk langsung terduduk lemas.
“Omo!” seruku.
Aku pun lalu  jongkok di samping Jong Suk.
“Jong Suk, kau tidak apa-apa?” tanyaku
Jong Suk hanya diam. Tapi tak lama kemudian, dia menangis.
“Jong Suk, kau kenapa?” tanyaku khawatir.
Dia berusaha menahan tangisnya. Aku bisa lihat dia berusaha sangat keras menahannya. Melihatnya seperti itu, aku langsung memeluknya.
“Menangislah. Menangislah Jong Suk. Jangan menahannya. Tidak ada yang melarangmu untuk menangis,” ucapku.
Awalnya dia terkejut aku memeluknya seperti itu, tapi kemudian dia mulai menangis lagi. Dia memegang lenganku sambil menangis.
Saat itu lah aku tahu bahwa ternyata pria tua itu merupakan ayah kandungnya. Ayahnya berselingkuh dengan sekertarisnya di kantor tempatnya bekerja. Jong Suk mengetahuinya saat dia masih duduk di kelas 3 SMA. Saat itu bahkan ayahnya telah memiliki seorang putri berusia 2 tahun dari hubungan terlarang itu. Setelah itu ibunya meminta cerai. Jong Suk dan ibunya pergi dari rumah meninggalkan ayahnya dengan wanita simpanan itu dan anaknya.
Jong Suk menceritakan semua itu sambil menahan amarah dan menahan kesedihannya. Aku tidak suka melihat Jong Suk seperti itu. Aku tidak suka melihatnya terluka. Entah kenapa hatiku terasa sakit saat melihat dia menangis.


“Nuna? Nuna?!” suara Jong Suk menyadarkanku dari lamunanku. Kulihat pesanan kami sudah tersaji di meja. Aku benar-benar tidak menyadarinya.
“Nuna kenapa?” tanyanya sambit mengernyitkan dahi.
“Ah! Tidak apa-apa,” jawabku.
“Benarkah?” tanyanya lagi.
“Iya, benar!” seruku meyakinkannya. Dia masih menatapku. Sepertinya dia masih belum mempercayai ucapanku.
“Ayo makan sajalah! Nanti keburu dingin,” ajakku berusaha mengalihkan pembicaraan. Dia pun mengangguk.
Aku memperhatikan Jong suk yang sedang makan. Sejak kejadian 2 tahun lalu itu, ayahnya sudah tidak pernah menemuinya lagi. Jong Suk pun mulai kembali ceria seperti Jong Suk yang kukenal. Tapi sampai sekarang aku masih belum mengerti mengapa pada saat itu hatiku terasa sakit saat melihat dia terluka seperti itu. Entahlah…

##########

Setelah keliling seharian dengan Jong Suk, kami pun pulang. Dia mengantarku pulang sampai depan rumah.
“Kau mau mampir?” tanyaku.
“:Lain kali saja. Sudah malam. Aku tidak enak dengan orang tuamu,” jawabnya.
“Baiklah. Hati-hati di jalan ya,”ucapku sambil masih tetap berdiri di depan pagar rumahku.
“Masuklah dulu nuna. Aku akan pulang setelah melihatmu masuk ke dalam rumah,” ujarnya.
Aku tersenyum, lalu mengatakan, “Baiklah. Aku akan masuk dulu. Kau hati-hati ya pulangnya.”
“Oke nuna,” jawabnya.
Aku pun membuka pintu pagar, lalu berjalan menuju pintu depan. Aku membuka pintu, menoleh ke arahnya, lalu melambaikan tanganku padanya sambil tersenyum, kemudian menutup pintu.
Aku berjalan menuju kamarku sambil bersenandung pelan. Ayah dan ibu yang sedang menonton tv keheranan melihatku.
“Kau sepertinya bahagia sekali?” tanya ibu.
Aku menoleh pada ibu.
“Aku? Benarkah? Tidak ah…” jawabku tersenyum lalu masuk ke dalam kamar.
Ayah dan ibu saling berpandangan. Lalu mereka tersenyum.

##########

Jong Suk POV
Aku masuk ke dalam rumah dengan senyum lebar. Aku berjalan menuju dapur ingin mengambil minum. Tepat pada saat aku mengambil minum di kulkas, ibu keluar dari kamar.
“Kau baru pulang?” tanya ibu sambil duduk di ruang makan.
“Iya. Ibu sudah tidur? Apa aku membangunkan ibu?”
“Tidak kok. Kau habis jalan-jalan dengan Ye Ri?
“Iya bu,” jawabku dengan senyum mengembang. Lalu aku pun ikut duduk dengan ibu di ruang makan.
“Kau bahagia?” tanya ibu tersenyum.
“Hhmm… iya,” jawabku lalu minum.
“Kau menyukai Ye Ri?” tanya ibu lagi sambil menatapku dengan tatapan menginterogasi.
“Iya bu. Sangat menyukainya,” jawabku yakin.
“Jika kau memang benar-benar menyukainya, maka kau harus menjaganya. Kau harus bisa membuatnya bahagia. Jangan pernah menyakitinya. Apa kau bisa melakukan itu?” tanya ibu serius.
“Aku bisa. Aku pasti bisa bu. Percayalah padaku!” seruku meyakinkan ibu.
Mendengar jawabanku, ibu langsung tersenyum.
“Bagus! Itu baru anak ibu,” ucap ibu sambil mengelus kepalaku. Aku tersenyum mendengarnya.
Tiba-tiba telepon berdering. Siapa yang telepon malam-malam begini? Ibu beranjak dari kursi untuk mengangkat telepon.
Saat ibu mengangkatnya, aku berdiri untuk menaruh gelas ke tempat cuci piring, lalu mencucinya.
Selesai mencuci gelasku, aku mendengar ibu menangis. Aku menoleh. Kulihat ibu terduduk di lantai sambil masih menggenggam telepon. Aku berlari menghampiri ibu.
“Ibu kenapa?” tanyaku. Tapi ibu tidak menjawab. Aku lalu mengambil telepon di tangan ibu.
“Halo? Halo?!” ucapku.
“Halo Jong Suk,” jawab orang di seberang telepon. Suara ini! Aku tahu suara siapa ini.
“Apa maumu? Bukankah sudah kubilang jangan mengangguku dan ibuku lagi! Kau bodoh atau tuli??!!” tanyaku marah.
“Jong Suk, ayahmu meninggal.” Ucap wanita itu sambil menangis. Aku terdiam sesaat.
“Apa?” tanyaku kemudian.
“Ayahmu meninggal pagi tadi,” ucapnya lagi.
“Kau bohong kan? Tidak mungkin,” ujarku tidak percaya.
“Aku tidak bohong. Ayahmu meninggal karena kanker otak yang sudah dideritanya selama hampir 2 tahun ini,” jelasnya masih tetap menangis.
Aku tidak tahu harus mengatakan apa. Aku langsung menutup telepon itu. Aku menatap ibu yang masih menangis. Aku memeluknya. Tangis ibu pecah. Aku bingung harus bagaimana menenangkan ibu.
Hampir dua tahun? Apakah saat dia menemuiku dulu, dia sudah sakit? Ada rasa penyesalan dalam diriku karena 2 tahun lalu telah mengusirnya. Biar bagaimanapun, dia tetaplah ayahku. Ayah yang pernah sangat kusayangi dan kuhormati. Dan tanpa sadar, air mataku pun menetes. Aku tidak kuasa menahan tangisku.

##########

Bersambung ke Chapter 5

0 comments:

Post a Comment

Silahkan bagi yang ingin berkomentar ^_^