Cast :
Han Ye Ri ( 35 tahun )
Lee Jong Suk ( 30 tahun )
Lee Si Young ( 35 tahun )
Song Chang Eui ( 40 tahun )
No Min Woo ( 35 tahun )
*Nama dan karakter lainnya yang ada dalam FF ini hanyalah imajinasi author belaka.
Note:
Ini FF pertama author, jadi pasti bakal banyak banget kekurangannya. Jujur aja, sebenernya kurang pede juga mau bikin FF kayak gini. Karena ini bener-bener pertama kalinya author bikin FF dan dipublikasikan. Gak tau deh gimana nanti hasilnya. Silahkan kalian nilai sendiri. Kalau emang ternyata banyak kekurangan, tolong kasih saran. Tapi saran yang membangun ya! Jangan komen-komen yang bernada nyinyiran! Hati author selembut kapas jadi kalo ada yang nyinyir rasanya langsung perih-perih gimana gitu T_T
Oh iya! Ini FF murni hasil pemikiran author. Jadi tolong jangan di copy sembarangan terus di reupload di tempat lain! Sedih banget tau rasanya kalo hasil kerja keras kita di copy paste sembarangan T_T
Oke deh! Tanpa perlu berlama-lama, silahkan kalian baca sendiri ya FF nya. Silahkan kalo ada yang mau komen yaaa…
Chapter 1
Ye Ri POV“Maukah kau menikah denganku?” Tanya Min Woo sambil berlutut. Di tangannya ada sebuah kotak kecil
berisi cincin. Tanpa permata, tanpa berlian. Hanya cincin emas biasa. Tapi aku senang sekali melihatnya. Sangat senang. Lalu aku pun menjawab, “Tentu sa…”
“Ye Ri-ya! Han Ye Ri!!”
Bukankah itu suara ibu? Kenapa ibu memanggilku? Aku melihat sekeliling. Dimana ibu?
“Ada apa chagiya?” Tanya Min Woo kebingungan melihatku yang menoleh kesana kemari.
“Ibu memanggilku. Kau tidak mendengarnya?”
“Ibu?” Tanya Min Woo semakin bingung.
“Han Ye Ri!!!” suara ibu terdengar lagi.
“Kau dengar itu? Ibu memanggilku!” ucapku sembari berjalan mencari ibu ku. Aku menoleh kesana kemari.
“Ye Ri awas!” seru Min Woo.
“Aaaaaaa……!!!!” aku terlalu sibuk tolah toleh sampai tidak memperhatikan jalan.
“Aauuww…sakit sekali!” rintihku kesakitan.
“Ya! Ye Ri! Sudah berapa kali kau kupanggil? Kenapa tidak bangun juga?” Tanya ibu yang sedang berkacak pinggang di pintu kamarku.
“Cepat bangun! Kau kan harus berangkat kerja. Ibu sudah menyiapkan sarapan untukmu. Mandi sana!” seru ibu sambil berlalu.
Ternyata lamaran Min Woo hanya mimpi. Andai saja itu kenyataan, aku pasti akan sangat sangat sangat bahagia.
“Ah sudahlah…lebih baik aku mandi saja.”
##########
Selesai mandi aku langsung bersiap-siap, lalu menuju ruang makan. Ibu membuat nasi goreng kimchi.
“Pasti enak nih.” batinku. Ibu memang pintar masak. Beda sekali denganku. Aku hanya bisa memasak air dan telur dadar.
“Ayah mana bu?”
“Ayahmu di kebun. Panggil ayahmu. Kita sarapan sama-sama.”
“Oke bos!”
Saat sampai di kebun, aku melihat ayahku sedang menyirami bunga-bunga kesayangannya. Ayah pensiunan guru. Ayahku merupakan sosok suami, ayah, dan guru yang baik. Karena ayah lah aku termotivasi untuk menjadi seorang guru. Aku ingin bisa menjadi seperti guru yang baik seperti ayah.
“Ayah!” panggilku.
“Hhmm?” ayah menoleh.
“Ayo sarapan.”
“Baiklah.”
Kami pun berjalan masuk ke dalam ruang makan.
##########
Aku sedang menunggu bis di halte. Lalu tiba-tiba,
“Nuna!!!” seseorang menepuk pundakku dari belakang. Aku tersentak kaget.
“Berhenti mengagetkanku Jong Suk!!!” seruku sambil menjewer telinganya dengan jengkel.
“Ah..ah..ah.. Baiklsh nuna. Aku mengerti. Jangan menjewerku lagi.” Pintanya dengan wajah memelas. Aku melepas jeweranku.
“Sakit tau!” protesnya.
“Makanya jangan mengangguku terus!” seruku hendak memukulnya. Dia langsung refleks menutupi mukanya. Aku tertawa melihatnya. Tentu saja aku tidak akan memukulnya. Bagaimana mungkin aku bisa tega memukulnya. Aku tidak sejahat itu. Tepat pada saat itu, bis yang mau kami naiki datang. Jong Suk mempersilahkanku naik duluan.
“Ladies first,” ujarnya sambil membungkukkan badannya. Aku tertawa melihat kelakuannya. Lalu berjalan masuk ke dalam bis sambil mengucapkan “Thankyou” padanya.
Jong Suk rekan kerjaku di sekolah. Aku guru bahasa inggris. Sedangkan dia guru matematika. Secara fisik, dia menarik. Bahkan bisa kukatakan ‘sangat menarik’. Tubuhnya tinggi menjulang seperti model. Kulitnya putih bersih seperti wanita. Bahkan kulitnya lebih indah dari kulitku. Ditambah dengan wajah tampannya, maka sempurna lah dia menjadi seorang pria. Dia menjadi guru idola di sekolah. Banyak guru dan murid yang menyukainya. Tapi entah mengapa tidak ada satu pun yang menarik perhatiannya.
Dia selalu saja mengangguku. Baginya sehari tidak mengangguku, maka hidupnya akan terasa sangat membosankan. Tapi tidak apa. Aku tidak pernah bisa marah padanya. Karena sebenarnya dia pria yang baik. Dia selalu mendengarkan semua keluh kesahku. Dia selalu menjadi tempat sampah bagiku. Kami jadi dekat karena meja kerja kami bersebelahan. Ditambah lagi, rumah kami tidak jauh, jadi kami sering berangkat dan pulang kerja bareng.
“Hari ini hari jadi nuna yang ke-2 dengan Min Woo hyung kan?” tanyanya memecah lamunanku.
“Ah iya. Kau ingat?” tanyaku.
“Tentu saja. Seminggu yang lalu Min Woo hyung mengajakmu makan malam tepat di hari jadi kalian yang ke-2. Dan sejak saat itu, setiap hari yang kau bicarakan hanyalah ‘kencan romantismu yang akan sangat menakjubkan’. Heol~” jawabnya dengan wajah menyebalkan.
“Kau tahu Jong Suk, sepertinya nanti dia akan melamarku.” Bisikku padanya.
“Apa? Kau tahu dari mana?” tanyanya dengan wajah kaget.
“Tadi aku mimpi dia melamarku.” Jawabku dengan antusias.
“Mimpi?” dia menatapku dengan wajah mencemooh.
“Ya! Kenapa ekspresimu seperti itu? Menyebalkan sekali!” seruku sambil memiting kepalanya. Dia tertawa kuperlakukan seperti itu. Saat aku melepas kepalanya dari pitinganku, dia berkata,
“Bukan begitu nuna. Hanya saja…mimpi??? Hahahahahahahaha……”
Dia tertawa ngakak sampai membuat orang-orang di bis menatap kami. Otomatis aku langsung menutup mulutnya dengan tanganku.
“Ya! Diamlah! Semua orang menoleh pada kita!” seruku berbisik. Tidak lama tawanya pun reda.
“Araseo…araseo… aku akan diam nuna.” Katanya sambil masih sedikit tertawa.
##########
Sepulang sekolah aku langsung bersiap-siap pulang. Tidak lupa aku mengganti bajuku terlebih dahulu untuk persiapan kencan malam ini dengan Min Woo.
“Jadi…kau sudah siap untuk dilamar?” Jong Suk mengamatiku yang sedang berdandan di mejaku.
“Tentu saja.” Jawabku yakin.
“Kau benar-benar yakin ingin menikah dengannya?” tanyanya lagi.
“Tentu saja! Ada alasan apa aku tidak yakin? Lagipula usiaku sudah 35 tahun, sudah saatnya bagiku menikah.” ucapku lagi.
Tapi sebenarnya kalau boleh jujur, masih ada sedikit keraguan dalam hatiku. Aku tidak tahu apa itu. Hanya saja aku merasa ada sesuatu yang membuatku tidak sepenuhnya merasa yakin.
“Kau benar. Kalau begitu aku pulang dulu nuna.” ucapnya berlalu.
“Oke! Hati-hati di jalan Jong Suk-ah” jawabku.
Author POV
Jong Suk berdiri menyender di dinding tepat di sebelah pintu ruang guru. Dia melihat ke arah Ye Ri melalui pintu.
“Berakhir sudah. Semoga kau bahagia nuna.” Ucapnya dengan raut wajah sedih lalu berjalan pergi.
##########
Bersambung ke Chapter 2
0 comments:
Post a Comment
Silahkan bagi yang ingin berkomentar ^_^